Ilustrasi pengertian dan contoh mini riset, Ilustrasi pengertian dan contoh mini riset,Mini riset adalah salah satu tugas atau langkah yang bisa dilakukan oleh mahasiswa untuk mempermudah dalam melakukan penelitian misalnya untuk pembuatan skripsi atau karya tulis ilmiah. Mini riset juga akan sangat membantu mahasiswa dalam menentukan topik penelitian dan apakah penelitian tersebut masih relevan dengan keadaan sekarang atau tidak. Sebenarnya setiap kampus atau dosen memiliki panduan masing-masing terkait dengan mini riset, namun secara umum tidak jauh berbeda. Kali ini akan diulas mengenai pengertian dan contoh mini riset untuk panduan dan Contoh Mini RisetIlustrasi pengertian dan contoh mini riset, sumber foto UX Indonesia on UnsplashPengertian dari mini riset adalah sebuah karya tulis ilmiah dari mahasiswa yang memiliki tujuan untuk mengetahui pemikiran atau ide dari mahasiswa terhadap suatu pokok permasalahan. Tema yang diangkat di dalam mini riset biasanya berkaitan dengan mata kuliah yang dari buku Panduan Mini Riset Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung dijelaskan bahwa tujuan utama dari mini riset adalah untuk membantu kesulitan mahasiswa dalam melakukan penelitian. Dengan adanya mini riset maka diharapkan mahasiswa bisa menerapkan ide-ide kreatifnya kedalam suatu bentuk karya tulis sehingga kedepannya akan dapat membantu mahasiswa dalam melakukan riset membuat sebuah contoh mini riset, Anda harus memahami terlebih dahulu bagian-bagian dari mini riset apa saja. Di antaranya adalah sebagai PendahuluanSecara garis besar isi sub bab pada Bab Pendahuluan terdiri atas Latar belakang masalah, perumusan masalah, dan tujuan kegunaan Tinjauan PustakaTinjauan pustaka berfungsi membangun konsep atau teori yang menjadi dasar studi. Bagian ini menyajikan sejumlah teori mengenai konsep dan teori yang digunakan berdasarkan literatur yang tersedia, terutama dari buku, artikel-artikel yang dipublikasikan dalam berbagai jurnal Rumusan MasalahMasalah, diuraikan secara jelas dan sistematis permasalahan utama yang dihadapi dan yang akan menjadi objek penelitian, dan uraikan pula secara rinci faktor-faktor yang berpengaruh terhadap masalah yang menjadi objek Tujuan dan Kegunaan PenelitianTujuan Penelitian mengemukakan tujuan penelitian yang akan dilakukan, dalam penelitian deduktif-hipotetikal, tujuan penelitian lazimnya adalah menjelaskan/mengukur hubungan antar variabel yang menjadi dalam Kajian PustakaTinjauan/kajian pustaka berfungsi membangun konsep atau teori yang menjadi dasar studi. Melakukan kajian pustaka yang relevan dengan masalah penelitian, yang akan dilakukan. Dalam bagian ini, dilakukan tinjauan/diskusi mengenai konsep dan teori yang digunakan berdasarkan literatur yang tersedia, terutama dari buku, artikel-artikel yang dipublikasikan dalam berbagai jurnal ilmiah dan hasil penelitian Metode dan Teknik Pengumpulan DataPada bagian ini dibahas dua hal pokok, yaitu pengumpulan data yang relevan dengan metode yang yang dipilih. Jika diperlukan dapat dijelaskan mengenai instrumen atau pengumpulan Hasil dan Pembahasan PenelitianSecara garis isi sub bab pada Bab Hasil dan Pembahasan terdiri atas Gambaran Umum Lokasi Penelitian, Deskripsi temuan hasil penelitian dan Pembahasan hasil KesimpulanSimpulan menjadi Jawaban atas pertanyaan yang diajukan dalam perumusan masalah yang diajukan. Simpulan bukan Ikhtisar atau Rangkuman dari bab sebelumnya, melainkan hasil reflektif yang mewakili muatan utama dalam adalah pembahasan mengenai pengertian dan contoh mini riset yang bisa dijadikan panduan oleh mahasiswa dalam menyusunnya. WWN
Sebelumnyaia memimpin proyek riset pada Universitas Stanford di tahun 1960-an - 1970-an, dengan menggunakan data-data perusahaan besar yang termasuk Fortune 500. Cara Membuat Analisis SWOT. Setelah mengetahui informasi tentang apa itu SWOT, mari kita mulai melakukan analisis SWOT. Perhatikan poin-poin berikut ya.
Mini riset merupakan bagian tugas kuliah yang diberikan dosen pengampu mata kuliah tertentu bagi seluruh mahasiswanya. Masing-masing dosen biasanya mempunyai patokan tersendiri tentang susunan dalam menulis mini riset. Cara membuat mini riset jika dibandingkan dengan karya tulis ilmiah tidaklah berbeda. Keduanya mempunyai standar penulisan yang hampir sama. Sangat penting mengetahui seperti apa susunan dan contoh membuat mini riset. Tujuannya adalah agar kamu bisa membuat penelitian yang baik dan benar. Terdapat lima bab dalam mini riset secara umum. Kamu bisa menyusunnya dari bagian pertama yaitu pendahuluan lalu diakhiri kesimpulan. Terdapat pula daftar pustaka yang harus kamu cantumkan untuk memberikan informasi sumber yang kamu gunakan ketika membuat mini riset. Agar lebih jelas, kali ini kamu bisa menyimak seperti apa cara membuat mini riset langsung berdasarkan penjelasan berikut Bagian Muka Pada bagian muka, terdapat tiga bagian penting yang wajib kamu cantumkan. Pertama adalah sampul mini riset, berisikan judul, nama kamu sebagai penulis, instansi tempat kamu bernaung. Kedua, buat daftar isi berisi seluruh daftar bab ataupun isian mini riset tersebut. Bagian ketiga yaitu abstrak, sebagai ringkasan mini riset. Abstrak bisa kamu tulis 150 sampai 200 kata. Lanjutkan dengan kata pengantar agar bisa ditulis oleh para penulis dalam mini riset. Kata pengantar digunakan untuk ucapan syukur beberapa pihak terkait selesainya mini riset. Bab I Pendahuluan Pada bab 1, mini riset harus menyebutkan latar belakang dan rumusan masalah. Kemudian dilanjutkan dengan tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Bab II Kajian Pustaka Dalam kajian pustaka, kamu bisa menyampaikan apa saja teori relevan dengan permasalahan yang kamu angkat pada penelitian tersebut. Bab III Metode Penelitian Pada tahap berikutnya, cara membuat mini riset adalah menambahkan metode penelitian. Apa yang harus kamu bahas dalam bagian ini yaitu dua hal penting. Pertama, terkait bagaimana kamu mengumpulkan data. Kedua, metode apa yang kamu gunakan dalam mengumpulkan data. Bab IV Hasil dan Pembahasan Hasil dan pembahasan merupakan bagian bab empat pada mini riset. Bagian tersebut jadi bagian terpenting dalam penelitian. Bab V Kesimpulan dan Saran Ini adalah bagian akhir dalam penulisan mini riset. Pada bagian tersebut, merupakan bagian paling pamungkas yang sering dicari oleh para pembaca mini riset. Itulah penjelasan lengkap tentang bagaimana cara membuat mini riset. Pada akhirnya, membuat tulisan mini riset tidaklah berbeda dengan jenis karya ilmiah lainnya. Apa yang membuatnya berbeda adalah jumlah halaman lebih terbatas, yaitu hanya 20 halaman maksimal. Setelah mempelajari penyusunan mini riset, kamu bisa mengerjakan tugas kuliah lebih mudah. Gunakan panduan ini sebagai referensi penting sebelum kamu mulai mengerjakan mini riset.
Tag riset pemasaran produk kopi. Riset Pemasaran. Oleh Guru Ekonomi Diposting pada November 1, 2021. Sarjana Ekonomi - Hai sobat lagi dalam artikel kesayangan Anda. Pada pembahasan kali ini, akan membahas mengenai Riset Pemasaran. Cara Membuat Laporan. Cara Membuat Proposal. Cara Membuat Daftar Pustaka. ↑
Unduh PDF Unduh PDF Seorang periset didefinisikan oleh keingintahuan, pengaturan dan ketelitiannya. Apabila Anda sedang melakukan suatu proyek, menemukan, mengevaluasi dan mendokumentasikan sumber informasi secara metodis akan memperbaiki hasil dari proyek riset. Definisikan, perbaiki, uraikan material Anda hingga Anda memiliki bukti yang cukup untuk menulis laporan yang pasti. 1Tentukan alasan yang baik mengapa riset ini perlu dilakukan. Tentukan siapa yang akan tertolong oleh riset. Alasannya mungkin berdasarkan keperluan akademis, pribadi, atau profesional Anda, tapi alasan ini harus menjadi motivasi Anda untuk melakukan riset yang teliti. 2Tentukan masalah atau pertanyaan yang ada. Anda harus mengolah pertanyaan tersebut hingga ke istilah dasar, periode waktu dan disiplin ilmu. Tulis pertanyaan turunan yang perlu diriset sebelum Anda bisa menjawab pertanyaan tersebut.[1] 3Pertimbangkan tesis Anda. Biasanya suatu tesis adalah respon terhadap topik umum atau pertanyaan yang dipertanyakan. Anda harus memiliki pemikiran tentang apa yang Anda akan gunakan untuk riset Anda; namun ide pemikiran tersebut tidak perlu sempurna sebelum memulai proyek riset. 4 Serahkan proposal riset, bila ini diperlukan untuk guru, atasan atau grup Anda. Umumnya proposal riset diperlukan untuk proyek riset yang akan berlangsung lebih lama dari beberapa minggu. Makalah, proyek kelulusan dan proyek riset lapangan akan memerlukan proposal riset yang menyatakan masalah yang ingin Anda selesaikan melalui investigasi. Nyatakan masalahnya dulu, kemudian jelaskan mengapa masalah tersebut relevan dan penting bagi orang-orang yang akan menerima riset Anda. Masukkan jenis riset yang akan Anda lakukan, termasuk membaca, survey, mengumpulkan data statsitik atau bekerja dengan spesialis. 5 Tentukan ruang lingkup dan parameter proyek Anda. Topik-topik berikut harus ditentukan sebelum Anda mulai Pembagian waktu untuk riset berjalan. Anda akan memerlukan agar riset berjalan. Anda akan memberlukan pembagian waktu agar berhasil melakukan semua dasar riset Anda. Sebuah daftar topik yang harus disertakan dalam laporan akhir Anda. Bila Anda memiliki suatu silabus atau penunjukkan resmi, yang menerangkan ruang lingkup. Jadwal peninjauan oleh oleh guru atau manejer, agar Anda bisa mencapai kemajuan sepanjang proses riset. Jumlah sumber informasi yang diperlukan. Umumnya jumlah sumber informasi sepadan dengan panjang makalah. Format untuk daftar riset, daftar kutipan dan hasil kerja.[2] Iklan 1 Mulai di internet dengan mesin pencari dasar. Ketik istilah dasar pertanyaan riset untuk mendapat pengetahuan singkat akan subjek. Lebih baik pilih situs yang bersumber pada universitas, ilmuwan, proyek dan jurnal riset pemerintah. Catat sumber informasi yang istimewa yang Anda merasa nyaman mencantumkannya. Gunakan tanda tambah untuk mencari beberapa kata ketika digunakan bersama. Misalnya, “Christmas+Boxing Day.” Gunakan tanda minus untuk tidak memasukkan kata ke dalam hasil pencarian. Misalnya, “+Christmas -shopping.”[3] Kumpulkan informasi tentang situs tersebut, berupa tanggal penerbitan, otoritas yang menerbitkan, dan tanggal Anda memasukinya, juga URL-nya. 2 Lanjut ke perpustakaan. Bila dimungkinkan, gunakan perpustakaan kampus sekolah tinggi atau universitas setempat. Bila perpustakaan yang lebih besar tidak ada, buat kartu perpustakaan di perpustakaan umum. Konsultasi dengan pustakawan untuk mendapatkan referensi untuk menemukan koleksi buku, jurnal dan kamus yang dimiliki perpustakaan. Misalnya, daftar buku Perpustakaan Badan Legislatif akan memberi Anda akses pada semua buku atas suatu topik tertentu. [4] Baca latar belakang, seperti buku sejarah, foto, dan definisi dalam kamus besar. Gunakan katalog kartu elektronik untuk mendapatkan buku yang bisa diminta dari perpustakaan-perpustakaan lain. Gunakan lab komputer untuk mengakses jurnal dan media lain yang hanya tersedia di perpustakaan. Contohnya, beberapa jurnal ilmiah yang hanya tersedia di komputer perpustakaan. Lihat dalam lab media untuk melihat sumber informasi lain, seperti microfiche, film dan wawancara yang tersedia di perpustakaan. Minta material yang menjanjikan lewat meja referensi atau lewat akun perpustakaan Anda. [5] 3Jadwalkan wawancara dengan orang-orang yang mengalami langsung dengan topik yang diriset. Wawancara dan survey bisa menghasilkan kutipan, arahan dan data statistik yang mendukung riset Anda. Wawancara para ahli, saksi dan para professional yang menjalankan riset relevan di masa lampau. 4Atur riset observasi. Melakukan perjalanan untuk mengumpulkan informasi di lokasi yang relevan bisa membantu mendapatkan sejarah dan latar belakang riset proyek Anda. Bila Anda diijinkan untuk menggunakan pendapat-pendapat dalam laporan riset Anda, Anda bisa mencatat perkembangan riset dan perubahan pandangan Anda. [6] 5Perbaiki riset Anda saat Anda mengembangkan arahan dengan riset Anda. Ketika Anda memutuskan tesis Anda, Anda harus membaginya menjadi sub-topik yang bisa Anda cari secara daring, di perpustakaan, atau dengan wawancara dan riset observasi individual. Ingat bahwa Anda akan memerlukan paling 6 sumber informasi yang baik untuk tiap 15 halaman laporan terakhir Anda.[7] Iklan 1 Tanyakan apakah sumbernya primer atau sekunder. Sumber primer adalah bukti, artefak atau dokumen yang berasal dari orang-orang yang berhubungan langsung dengan suatu situasi. Sumber sekunder adalah yang mendiskusikan informasi dari sumber primer. Sumber informasi sekunder bisa berupa sudut pandang atau analisa dari suatu kejadian atau dokumen historis original. Misalnya, suatu catatan imigrasi akan menjadi sumber primer, sementara artikel koran tentang leluhur dari suatu keluarga akan menjadi sumber sekunder. 2Pilih sumber informasi yang objektif dibanding yang subjektif. Bila pembawa cerita dari suatu cerita tidak terhubung secara personal pada subjek, biasanya dia akan tetap objektif. 3Pilih sumber informasi yang telah diterbitkan secara tercetak. Sumber daring atau situs biasanya kontrolnya tidak seketat artikel yang diterbitkan dalam jurnal atau buku. 4 Cari sumber informasi yang berlawanan. Sumber informasi subjektif yang memiliki sudut pandang berlawanan bisa menjadi sangat penting, karena akan bisa memberikan pandangan lebih luar terhadap isu tersebut. Temukan “pain points” atau poin masalah yang perlu diselesaikan dalam argumen Anda dan dokumentasikan cara mana saja yang memungkinkan untuk menghadapinya. Adalah mudah untuk melakukan riset yang mendukung tesis Anda. Coba menemukan sumber yang tidak mendukung tesis Anda sehingga Anda bisa menghadapi bantahan terhadap proyek Anda. 5Evaluasi apakah sumbernya relevan dan/atau cacat sebelum menggunakan riset tersebut pada proyek Anda. Jaga sumber Anda tetap terpisah hingga Anda memutuskan untuk menggunakannya dalam bagian riset Anda. Walau membantu dalam proses riset, beberapa sumber tidak akan cukup berharga untuk mendukung riset yang diterbitkan. Iklan 1Siapkan buku catatan. Catat semua pertanyaan yang dihasilkan riset Anda diikuti dengan sumber dan jawaban yang Anda temukan. Catat referensi jumlah halaman, URL dan sumber informasi yang menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. 2 Bubuhi semua informasi dengan catatan. Fotokopi sumber informasi cetak Anda dan catat sumber informasi visual atau audio. Buat catatan samping tentang istilah-istilah yang perlu didefinisikan, relevansi terhadap topik riset Anda dan sumber-sumber yang saling mendukung. Gunakan pensil dan spidol pada fotokopi. Anda sebaiknya melakukan ini saat Anda bersamaan saat membacanya, bukan belakangan. Membuat catatan mendorong Anda membaca dengan aktif. Buat daftar kutipan yang akan berguna dalam laporan Anda. 3Simpan berkas, agar Anda bisa menjaga semua riset Anda. Pisahkan dalam folder sesuai topik yang berbeda bila dimungkinkan. Anda juga bisa menggunakan sistem penyimpanan berkas elektronik seperti Evernote untuk menyimpan hasil pindai, situs dan catatan bersama. 4Bangun uraian bersama Anda melakukan riset. Pisahkan topik yang Anda perlu dengan nomor. Kemudian pisahkan sub-topik yand harus Anda cari dan laporkan dengan huruf. Iklan 1 Jangan “bootstrap.” Jangan dasarkan tesis Anda pada generalisasi yang dibuat oleh makalah riset sebelumnya. Coba untuk tidak mengasumsikan bahwa pendekatan di masa lampau adalah satu-satunya pendekatan. Menjauh dari riset Anda untuk beberapa hari, hingga Anda bisa melihatnya dengan pandangan yang lebih segar. Istirahat tiap minggu, seperti yang Anda lakukan dengan sebuah pekerjaan. 2Bicarakan riset Anda pada seseorang yang tidak mengetahui apapun tentang topik tersebut. Coba menjelaskan apa yang telah Anda temukan. Minta orang tersebut untuk bertanya bila ada pertanyaan yang timbul saat dia mendengar tentang topik tersebut, untuk melihat topik tersebut dengan pandangan yang segar. 3Coba menemukan sumber informasi dalam bidang-bidang yang berbeda. Bila Anda telah mendekati suatu subjek dari perspekatif antropologi, coba makalah sosiologi, biologi atau bidang lain. Perluas sumber-sumber Anda melalui bagian referensi perpustakaan Anda. 4Mulai menulis. Mulai mengisi uraian Anda. Saat Anda menulis, Anda akan menentukan sub-bagian mana yang perlu riset lebih. Iklan Hal yang Anda Butuhkan Kartu perpustakaan Buku catatan Spidol Mesin fotokopi Pensil Peta Uraian Evernote Tentang wikiHow ini Halaman ini telah diakses sebanyak kali. Apakah artikel ini membantu Anda?
Menulisuntuk menyampaikan informasi kepada pembaca. 34. Menulis untuk mendapatkan nilai kuliah yang bagus. 40. Kegiatan menulis jarang dilakukan. 45. Menulis untuk materi kuliah. 48. Menulis untuk menuangkan isi hati. 49. Menulis untuk mencapai "Hope and Purpose. 55. Menulis untuk mendapatkan pengetahuan dan wawasan yang luas. 59. 5.
Ilustrasi Pentingnya Riset Pasar bagi Suatu Perusahaan. Foto IndonesiaBagi suatu perusahaan, riset pasar menjadi penting untuk memahami konsumen perusahaan. Riset pasar juga dapat mendorong stratgei marketing yang membuat pemasaran dan penjualan lebih mudah dan efektif. Untuk mengetahui pentingnya riset pasar bagi suatu perusahaan lebih rinci, simak pembahasannya di artikel Berita Bisnis berikut ini beserta cara isiPentingnya Riset Pasar bagi Suatu Perusahaan 1. Meningkatkan Komunikasi 2. Mengidentifikasi Peluang3. Menurunkan Risiko Cara Melakukan Riset Pasar bagi Suatu Perusahaan 1. Tentukan Masalahnya2. Tentukan Anggaran dan Kerangka Waktu 3. Rancang Metode dan Kebutuhan 4. Pilih Metode Pengambilan Sampel5. Rencanakan Analisis Data 6. Kumpulkan Data 7. Analisis Data8. Buat Laporan Pentingnya Riset Pasar bagi Suatu Perusahaan Ilustrasi Pentingnya Riset Pasar bagi Suatu Perusahaan. Foto SaylesMengutip riset pasar adalah suatu kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengumpulkan data secara sistematis guna membuat keputusan yang lebih laman berikut pentingnya perusahaan melakukan riset pasar1. Meningkatkan Komunikasi Riset pasar mendorong komunikasi tak hanya dengan basis pelanggan saat ini, tetapi juga dengan target prospek. Riset pasar menunjukkan kondisi bahwa pelanggan dapat dijangkau dan bahasa apa yang paling efektif untuk menarik perhatian mereka serta beresonansi dengan mereka pada tingkat Mengidentifikasi PeluangRiset pasar membantu mengidentifikasi peluang tingkat tinggi dan peluang yang lebih mudah diakses untuk menjangkau dan mengonversi pelanggan baru. Ini bisa menjadi cara terbaik untuk menemukan platform baru untuk beriklan, mendeteksi masalah konsumen yang tak disadari, dan celah dalam pasar yang dapat diisi atau dimanfaatkan untuk membuat terobosan baru. 3. Menurunkan Risiko Data konkret membuat perusahaan tetap fokus pada peluang nyata dan membantu menghindari upaya yang tidak produktif. Ketika sudah bisa memahami pelanggan, perusahaan dapat memanfaatkan sumber daya yang ada untuk menjangkau mereka secara lebih efektif. Selain itu, risiko membuang waktu, uang, dan tenaga untuk inisiatif pemasaran yang gagal juga lebih pasar juga membantu mengidentifikasi area dengan risiko rendah dan hasil yang tinggi, sehingga perusahaan dapat memperluas atau menawarkan layanan baru. Cara Melakukan Riset Pasar bagi Suatu Perusahaan Ilustrasi Pentingnya Riset Pasar bagi Suatu Perusahaan. Foto SazonovaMenurut riset pasar harus mengikuti pola yang sama dalam pengumpulan dan analisis data. Berikut cara melakukan riset pasar bagi suatu perusahaan 1. Tentukan MasalahnyaMulailah dengan mengidentifikasi fokus penelitian yang ingin dijalani dan mengetahui pertanyaan apa yang ingin dijawab. Kedua hal ini akan membantu perusahaan menyusun riset secara Tentukan Anggaran dan Kerangka Waktu Seperti semua strategi yang digunakan untuk mengembangkan bisnis yang dimiliki, riset harus dilakukan sesuai sumber daya yang tersedia. Namun, hal itu tergantung pada urgensi dari pertanyaan yang ingin dijawab. Ada baiknya juga jika perusahaan mengeluarkan lebih banyak dana untuk mendapatkan hasil paling Rancang Metode dan Kebutuhan Identifikasi data apa saja yang perlu dikumpulkan dan metode untuk mengumpulkannya. Beberapa pilihannya adalah observasi, survei, panggilan telepon, atau kelompok fokus FGD. Selain itu, dapat melalui kerja sama dengan firma riset Pilih Metode Pengambilan SampelTentukan peserta yang ingin diteliti untuk riset perusahaan ataupun pengambilan sampel secara acak dari populasi umum konsumen, kelompok yang memiliki faktor gaya hidup sama, atau tanggapan hanya dari orang-orang yang sudah menjadi pelanggan setia perusahaan. Buatlah rencana untuk mengidentifikasi dan menghubungi partisipan yang sesuai dengan riset perusahaan. 5. Rencanakan Analisis Data Tentukan bagaimana perusahaan akan menganalisis data, apakah membutuhkan data kuantitatif untuk analisis statistik atau data kualitatif. Selanjutnya, tentukan apakah akan menggunakan perangkat lunak atau melakukannya secara manual. Luangkan waktu untuk mempelajari berbagai metode analisis untuk menemukan metode yang paling sesuai dengan pertanyaan penelitian yang akan Kumpulkan Data Setelah perusahaan mengetahui pertanyaan apa yang ingin dijawab dan apa metode penelitian untuk menjawabnya, selanjutnya adalah mengumpulkan data. Banyak bisnis yang bekerja sama dengan firma atau konsultan profesional untuk melakukan penelitian yang Analisis DataMetode analisis yang digunakan akan bergantung pada jenis data yang terkumpul. Metode analisis yang tepat dapat memeriksa kesalahan yang dapat terjadi dalam metode pengambilan sampel, pengumpulan data, dan Buat Laporan Langkah terakhir dari riset adalah menyusun laporan penelitian perusahaan. Laporan ini harus menguraikan seluruh proses, mulai dari mengembangkan pernyataan masalah hingga hasil analisis data. Apa itu pengamatan pasar?Apa dua metode dalam analisis data?Apa manfaat menggunakan metode analisis yang tepat?
LAPORANMINI RISET. LAPORAN MINI RISET. PEMBELAJARAN IPS MENYENANGKAN PADA KELAS VI DI SDN 055994 SENDANG REJO. OLEH : KELOMPOK 6. JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR. FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN. UNIVERSITAS NEGERI MEDAN. MEDAN.
Cover Mini RisetLaporan Mini Riset Hubungan Antara Perkembangan Moral Dengan Perilaku Prososial Pada RemajaDi Ajukan Sebagai Tugas Mata KuliahPendidikan KewarganegaraanDosen Prayetno, Kelompok 31. Nisa Putri Utama Sirait 31531310232. Sarah Triana 31511310433. Vicky Ghaneza 31531310034. Siti Nurhaliza Putri 3153131007Program Studi Pendidikan GeografiFakultas Ilmu SosialUniversitas Negeri MedanMedan2018 Pengantar Mini RisetKATA PENGANTARSegala puji atas segala nikmat yang telah diberikan tuhan kepada kita semua termasuk terselesaikannya Mini Riset ini. Mini Riset ini mengambil judul Hubungan Antara Perkembangan Moral Dengan Perilaku Prososial Pada Remaja, sebagai amanat yang diberikan kepada kami didalam memenuhi tugas Pendidikan penghargaan bagi kami atas diberikannya tugas ini, karena dengan begitu kita dapat mengkaji tentang Hubungan Antara Perkembangan Moral Dengan Perilaku Prososial Pada Remaja, yang pasti akan bermanfaat menambah ilmu dan pengetahuan kita kesempatan ini perkenankan kami mengucapkan terimah kasih yang tak terhingga kepada dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Kewarganegaran yang telah membimbing kami. Begitu pun kami menyadari bahwa laporan Mini Riset ini jauh dari sempurna, untuk sumbang saran maupun masukan sangat kami segala kekurangan tersebut, kami mohon dibukakan pintu maaf seluas-luasnya. Demikian dari kami, semoga segala tujuan baik dengan hadirnya laporan Mini Riset ini dapat ISI KATA PENGANTAR ………………………………………………………………..DAFTAR ISI …………………………………………………………………………BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang ………………………………………………………….……… Rumusan Masalah ……………………………………………………………. Tujuan ………………………………………………………………………….BAB II KAJIAN Landasan Teori …………………………………………………………………..BAB III METODE MINI Rancangan Mini Riset …………………………………………………………. Subjek Mini Riset ……………………………………………………………… Variabel dan Instrumen Mini Riset …………………………………………….. Prosedur dan Analisa Data …………………………………………………….BAB IV HASIL DAN Hasil …………………..………………………………………………………. Pembahasan ……………..……………………………………………………..BAB V KESIMPULAN DAN Kesimpulan …………………...……………………………………………….. Saran …………………………………………………………………………….DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………....LAMPIRAN .……………..………………………………………………………….... iii188913131415161825252627 Bagian Isi Mini Riset BAB Latar Belakang Mini RisetBangsa Indonesia sendiri adalah bangsa dengan budaya luhur yang menjunjung tinggi nilai gotong royong, kerjasama. Hal ini sudah ditanamkan dari orang tua dari jaman dahulu kepada setiap penerusnya. Namun pada kenyataannya semakin hari teknologi dan informasi yang semakin modern membawa perubahan yang besar kepada cara berikir dan berperilaku individu. Remaja Indonesia sebagai penerus budaya bangsa kini telah mengalami pergeseran budaya. Remaja dituntut untuk menghadapi laju ilmu teknologi, pertukaran teknologi yang pesat. Komunikasi yang tidak hanya dapat dilakukan secara langsung, menyebabkan kaburnya batas-batas antar negara dan memunculkan asimilasi antar budaya dan moderniasi budaya pun terjadi. Sullivan Nawai & Lubis, 2007 berpendapat bahwa dalam bangsa yang semakin modern individu cenderung mementingkan dirinya sendiri. Hal tersebut terjadi pada generasi remaja di Indonesia, di dalam kehidupan bermasyarakat remaja kini cenderung menjadi sosok yang sendiri adalah masa yang paling menonjol dari semua karakteristik perkembangan, hal ini dikarenakan masa ini adalah suatu periode transisi dalam rentang kehidupan manusia yang menjembatani masa kanak-kanak dengan dewasa. Fase remaja sering disebut-sebut sebagai fase mencari jati diri, karena remaja sebetulnya tidak memiliki tempat yang jelas, remaja berada diantara anak-anak dan dewasa Ali Muhammad, 2014. Remaja yang mengalami proses pencarian jati diri, mereka membangun relasi dan mencari tahu cara kerja suatu hal Santrock, 2011. Sehinga sebagai remaja, individu harusnya memerlukan kemampuan bersosialisi yang baik khususnya pada remaja Indonesia yang menjunjung tinggi nilai gotong royong. Wentzel, 1997 Santrock, 2011 menuliskan beberapa strategi untuk membangun hubungan yang baik dengan lingkungan, hubungan yang baik tidak muncul dari perilaku individualis melainkan muncul dengan membangun perilaku prososial, jujur dan dapat dipercaya, murah hati, mau berbagi, bekerja sama, dan mudah prososial merupakan salah satu bentuk perilaku yang muncul dalam kontak sosial. Watson 1998272 mendefinisikan perilaku prososial sebagai suatu tindakan yang memiliki konsekuensi positif bagi orang, tindakan menolong sepenuhnya yang dimotivasi oleh kepentingan sendiri tanpa mengharapkan sesuatu untuk dirinya. Tindakan prososial menuntut pengorbanan tinggi dari si pelaku dan bersifat sukarela atau lebih ditunjukkan untuk menguntungkan orang lain daripada untuk mendapatkan imbalan materi. Perilaku prososial juga sangat penting untuk membangun persahabatan pada remaja yang cenderung menghabiskan waktu dengan lingkungan dan teman sebayanya, karena pada masa remaja hubungan persahabatan sangatlah penting dalam pemenuhan kebutuhan sosial Santrock, 2011.Namun fakta dilapangan menunjukkan perilaku prososial pada remajan Indonesia justru mengalami penurunan dari tahun ketahun. Menurut Mini Riset Hamidah Savitri, 2014 melakukan Mini Riset mengenai perilaku prososial di tujuh daerah di kota Jawa Timur, menunjukkan adanya indikasi penurunan kepedulian sosial dan kepekaan terhadap orang lain, hal ini banyak terjadi pada remaja yang nampak lebih mementingkan diri sendiri dan keberhasilannya tanpa mempertimbangkan keadaan orang lain di sekitarnya. Mini Riset Savitri 2014 juga menunjukkan bahwa remaja kota yang lebih modern cenderung rendah perilaku prososialnya di bandingkan dengan remaja di desa. Remaja desa memiliki nilai yang lebih tinggi di semua aspek perilaku prososial yaitu simpati, kerjasama, berderma, menolong, altruisme. Dan pada kenyataannya remaja kota kini menjadi individu yang lebih Riset Hasanah Nur dan Kumalasari 2015 mengenai penggunaan handphone dan hubungan teman pada perilaku prososial siswa SMP Muhammadiyah Luwuk, menjelaskan bahwa banyak siswa kini yang tidak takut lagi melakukan pelanggaran disekolah, selain itu beberapa orang dari subjek yang memiliki smartphone mengakui bahwa mereka lebih memilih asik berkomunikasi dengan teman dunia mayanya dan sibuk dengan gadget daripada berkomunikasi secara langsung dengan teman yang ada di saat itu. Dengan keadaan yang demikian komunikasi antar muka subjek menjadi menurun, dan lebih mementingkan diri sendiri. Jadi tidaklah heran ketika sekarang nilai-nilai kesetiakawanan, pengabdian, dan tolong menolong mengalami penurunan yang berdampak pada perwujudan kepentingan diri sendiri atau egois dan rasa individualis. Individu akan mempertimbangkan keuntungan dan kerugian dalam setiap tindakan menolong orang lain, banyaknya pertimbangan mengenai diri sendiri justru membuat individu enggan menolong. Perwitasari 2010 melakukan Mini Riset mengenai prososial pada remaja, hasil Mini Riset menyimpulkan bahwa remaja mengalami penurunan kepedulian sosial dan kepekaan terhadap orang lain dan lingkungan. Remaja lebih mementingkan diri sendiri dan keberhasilannya tanpa banyak mempertimbangkan keadaan orang lain di satu bukti penurunan kepedulian sosial remaja dilansir oleh Hardoko E 2015, kasus bullying SMP negeri di kota Binjai, seorang siswi mengunggah sebuah video kekerasan yang dilakukannya kepada teman sekolahnya. Di dalam video yang berdurasi 5 menit 46 detik tersebut terlihat bagaimana siswi tersebut tengah memukul, menendang dan menampar sambil mengucapkan kata-kata kasar untuk si korban. Dalam video tersebut juga terlihat teman sekolahnya yang lewat tapi justru bersikap acuh tak acuh pada kejadian tersebut. Selain itu berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Cahyaningro 2015 di SMK Taman Sukoharjo, dari 30 siswa hampir sebagian siswa menunjukkan adanya gejala penurunan perilaku prososial. Berdasarkan data catatak BK Taman Siswa Sukoharjo, dari tahun ketahun catatan perilaku antisosial siswa terus meningkat, 2011 tercatat 25% siswa berperilaku antisosial, 2012 naik menjadi 30% siswa yang berperilaku antisosial, hingga yang terakhir 2013 terdapat sekitar 34% siswa yang berperilaku prososial sendiri umumnya didapat dari hasil belajar. Remaja mempelajari tingkah laku dan norma dari orang dewasa lainnya. Perilaku prososial yang baik yaitu tindakan menolong yang menguntungkan orang lain tanpa harus menyediakan suatu keuntungan langsung pada orang yang melakukan tindakan tersebut, dan bahkan terkadang melibatkan suatu resiko bagi orang yang menolong Baron dan Byrne, 2005. Secara umum perilaku prososial dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor situasional yang meliputi karakteristik dari individu yang membutuhkan pertolongan, tekanan waktu, sedangkan faktor personal meliputi emosi, perasaan, empati, trait-trait kepribadian, mood dan juga norma-norma yang berlaku Myers, 2010. Mussen 1980 menyatakan bahwa 37 % persen pengaruh perilaku prososial berasal dari norma kepercayaan. Jadi penghayatan seseorang mengenai norma kepercayaan yang ada di lingkungannya akan menentukan bagaimana perilaku Eisenberg dan Mussen 1989 perkembangan moral mempengaruhi kecenderungan hati seseorang untuk bertindak secara prososial. Saat memasuki masa remaja, individu diharapkan dapat mengganti konsep moral yang berlaku dimasa kanak-kanak dengan perinsip moral yang berlaku umum dan merumuskan kode-kode moral yang berfungsi bagi pedoman perilakunya. Remaja harus dapat mengendalikan perilakunya sendiri, yang sebelumnya menjadi tanggung jawab orang tua dan guru. Kohlberg Berk, 2013 memngemukakan bahwa pemikir moral yang sudah matang menyadari bahwa bersikap menurut keyakinan mereka adalah sangat penting untuk memelihara tatanan dunia sosial yang adil. Senada dengan gagasan ini diharapkan remaja di tahap yang lebih tinggi dapat mempertimbangkan semua kemungkinan untuk menyelesaikan masalah juga mempertanggung jawabkannya dalam berbagai sudut pandang. Remaja diharapkan dapat melakukan tindakan prososial dengan membantu, berbagi, dan membela ketidakadilan Carlo, dkk dalam Berk, 2013.Perkembangan moral didefinisikan sebagai penalaran terhadap nilai, penilaian sosial dan juga penilaian terhadap kewajiban yang mengikat individu dalam melakukan sebuah tindakan Kohlbeg, 1995. Kohlberg 1995 membagi tingkat perkembangan moral menjadi tiga, yaitu pra-konvensional, konvensioal dan pasca-konvensional. Tahap pra-konvensioal menunjukan bahwa norma, aturan atau harapan dari masyarakat belum di pahami sebenarnya oleh idividu. Tingkat konvensioanal berarti individu sudah mampu memahami norma dan aturan sesuai dengan harapan masyarakat, guru, orangtua, tokoh masyarakat, dll. Pasca konvensional berarti individu dapat memahami norma, aturan, serta harapan masyarakat berdasar prinsip moral yang mendasarinya dan sudah mampu membuat keputusan moral dengan mengutamakan prinsip moral yang dianutnya. Dalam praktiknya perkembangan moral dapat dijadikan prediktor terhadap dilakukannya tindakan tertentu pada situasi yang melibatkan moral Kohlberg, 1995. Jadi perkembangan moral bukan hanya sebatas prinsip baik atau buruk tetapi juga upaya seseorang berpikir dan menimbang hingga sampai pada pengambilan keputusan untuk suatu norma kepercayaan dapat mendorong seseorang untuk berlaku adil dan mewujudkan keseimbangan didalam hidup. Sedangkan untuk memahami dan menghayati norma kepercayaan seseorang harus memiliki perkembangan moral yang baik. Sehingga bila disimpulkan bisa jadi salah satu faktor penyebab penurunan perilaku prososial pada remaja kini adalah adanya dekadensi moral. Sesuai dengan pendapat Desmita 2009, bahwa perkembangan moral sangat penting bagi remaja, terutama sebagai pedoman menemukan identitas dirinya, mengembangkan hubungan personal yang harmonis, dan menghindari konflik peran yang selalu terjadi dalam masa transisi. Sarwono 2012, menjelaskan bahwa moral dan religiusitas bisa mengendalikan tingkah laku anak yang beranjak dewasa agar tidak melakukan hal-hal yang merugikan atau bertentangan dengan kehendak atau pandangan masyarakat. Mini Riset tentang perkembangan moral pun sudah pernah dilakukan sebelumnya dan hasilnya menunjukkan perkembangan moral memiliki hubungan yang positif dengan perilaku pokok permasalahan yang sudah dipaparkan peneliti tertarik untuk mencari tau apakah ada hubungan yang signifikan antara perilaku prososial pada remaja dengan tingkat perkembangan perkembangan moralnya. Dimana hubungan yang dimaksut oleh peneliti adalah hubunganh positif yaitu semakin tinggi tingkat perkembangan moral maka semakin tinggi pula perilaku prososial pada remaja. Sedangkan sebaliknya ketika tingkat perkembangan moral semakin rendah makan perilaku prososial juga rendah. Dalam Mini Riset ini peneliti mengambil subjek dengan rentang usia yang lebih besar dari peneliti sebelumnya sehingga data yang didapatkan akan lebih bervariasi Mini Riset ini diharapkan dapat menambah wawasan, juga memberikan manfaat teoritis tentang hubungan perkembangan moral dengan perilaku prososial yang dapat digunakan untuk pertimbangan Mini Riset Rumusan Masalah Mini RisetRumusan masalah pada Mini Riset ini yaitu 1. Bagaimana hubungan antara perkembangan moral dengan perilaku prososial pada remaja ? Tujuan Mini RisetAdapun yang menjadi tujuan dalam Mini Riset ini adalah 1. Mengetahui hubungan antara perkembangan moral dengan perilaku prososial pada remaja. BAB IIKAJIAN Landasan Teori1. Perilaku PrososialStaub Baron &Byrne, 1994, Perilaku prososial dapat dimengerti sebagai perilaku yang menguntungkan penerima, tetapi tidak memiliki keuntungan yang jelas bagi pelakunya. William Faturochman, 2006 membatasi perilaku prososial secara lebih rinci sebagai perilaku yang memiliki intens untuk mengubah keadaan fisik atau psikologis penerima bantuan kurang baik menjadi lebih baik, dalam arti secara material maupun prososial mencakup tindakan-tindakan sharing membagi memiliki pengertian dimana individu yang memiliki kecukupan membagi kelebihannya baik materi maupun ilmu pengetahuan, Bekerja sama adalah suatu perilaku yang sengaja dilakukan sekelompok orang maupun organisasi untuk mewujudkan cita-cita bersama, helping menolong yaitu suatu bentuk tindakan sukarela tanpa memperdulikan untung maupun rugi, honesty kejujuran adalah bentuk perilaku yang ditunjukkan dengan perkataan yang sesuai dengan keadaan dan tidak menambahkan suatu kenyataan yang ada, generosity kedermawanan merupakan suatu perilaku dermawan yang menunjukkan rasa prikemanusiaan, serta mempertimbangkan hak dan kesejahteraan orang lain dimana hak dan kewajiban merupakan hak asasi setiap manusia. Eisenberg &Mussen, 1989. Sears dkk. 1994, berpendapat perilaku prososial adalah tindakan menolong yang sepenuhnya dimotivasi oleh kepentingan sendiri tanpa mengharapkan sesuatu untuk diri si penolong itu sendiri. Perilaku prososial merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari Sears dkk., 1994 . Bila disimpulkan perilaku sosial adah sikap mementingkan kepentingan orang lain, dan sikap menguntungkan yang dilakukan individu untuk orang lain tanpa mempertimbangkan kepentingan pribadi. Hudaniah & Dayakisni 2009 menuliskan tiga indikator perilaku prososial 1. Tindakan itu berakhir pada dirinya dan tidak menuntut keuntungan pada pihak pelaku, 2. Tindakan itu dilahirkan secara sukarela, 3. Tindakan itu menghasilkan banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku prososial di dalam masyarakat, antara lain seperti yang diungkapkan oleh Sears dkk 1994 a Faktor situasi yaitu meliputi kehadiran orang lain, kondisi lingkungan dan tekanan waktu. Kehadiran seseorang kadang-kadang dapat menghambat usaha untuk menolong semakin banyak orang semakin memungkinnya terjadinya penyebaran tanggung jawab. b Faktor karakteristik penolong, kepribadian setiap individu berbeda-beda, kebutuhan tersebut akan memberi corak yang berbeda dan bisa menjadi motivasi individu untuk memberikan bantuan. Selain kepribadian, rasa bersalah yang merupakan perasaan gelisah yang timbul bila ketika individu melakukan kesalahan juga dapat menjadi pendorong untuk melakukan tindakan menurut Dayakisni dan Hudaniah 2009 faktor-faktor pengaruh tindakan prososial adalah 1 Self-again, harapan seseorang untuk memperoleh atau menghindari sesuatu, misalnya ingin mendapatkan pengakuan, pujian atau takut dikucilkan. 2 Personal values and norms, adanya nilai-nilai dan norma sosial yang diinternalisasikan oleh individu selama mengalami sosialisasi dan sebagian nilai-nilai serta norma tersebut berkaitan dengan tindakan prososial, seperti berkewajiban menegakkan kebenaran dan keadilan serta adanya norma timbale balik. 3 Empathy, kemampuan seseorang untuk ikut merasakan perasaan atau pengalaman orang Perkembangan MoralSuseno Muryono, 2009 mendefinisikan moral sebagai keyakinan mengenai apa yang baik dan apa yang buruk serta keyakinan akan norma-norma kelakuan manusia untuk menentukan apakah suatu tindakan atau sikap itu benar atau salah. Helden dan Richardas, 1971 Hurlock, 1980 berpendapat bahwa moral adalah suatu kepekaan dalam pikiran, perasaan, dan 2011 menilai perkembangan moral sebagai perkembangan yang berkaitan dengan aturan dan konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain. Kohlberg Hurlock,1980 mengemukakan teori perkembangan moral berdasarkan teori Piaget, yaitu dengan pendekatan arginismik melaluitahap-tahap perkembangan yang memiliki urutan pasti dan berlaku secara universal. Selain itu Kohlberg juga menyelidiki struktur proses berpikir yang mendasari perilaku moral moral behavior. Tahapan perkembangan moral adalah ukuran dari tinggi dan rendahnya perkembangan moral seseorang berdasarkan perkembangan moralnya seperti yang diungkapkan lawrance Kohlberg Hurlock, 1980. Teori ini berpandangan bahwa perkembangan moral, yang merupakan dasar dari etis, mempunyai enam tahapan perkembangan yang dapat teridentifikasi. Ia mengikuti perkembangan dari keputusan moral seiring penambahan usia yang semula diteliti Piaget, yang menyatakan bahwa logika dan moralitas berkembang melalui tahapan-tahapan konstruktif. Kohlberg menggunakan cerita-cerita tentang dilema moral dalam Mini Risetnya, dan ia tertarik pada bagaimana orang-orang akan level perkembangan moral menurut Kohlberg Hurlock, 1980 1. Moralitas prakonvasional, Tahap orientasi hukuman dan kepatuhan, pada tahap ini anak-anak cenderung patuh terhadap aturan untuk menghindari sebuah hukuman selanjutnya tahap orientasi relativis instrumental, yaitu menyesuaikan diri confirm untuk mendapatkan ganjaran, kebaikannya diharapkan mendapat balasan kebaikan juga. Level ini ditemukan pada anak-anak prasekolah, sebagian besar anak-anak SD, sejumlah siswa SMP, dan beberapa siswa SMU dan tahap selanjutnya saling memberi dan menerima, 2. Moralitas konvensioanal, ditemukan pada sejumlah siswa SMP, dan banyak siswa SMU. Pada tahap ini anak memiliki orientasi manis yaitu, menyesuaikan diri untuk menghindari ketidaksetujuan, ketidaksenangan orang lain. Selanjutnya orientasi hukuman dan ketertiban, yaitu tahap menyesuaikan diri untuk menghindari penilaian oleh otoritas resmi dan rasa bersalah, tahap orientasi hukuman ini biasanya hanya muncul ketika sudah memsuki usia-usia SMU, konvensional, jarang muncul sebelum masa kuliah, pada level ini seseorang memiliki orientasi sosial legalistic, yaitu menyesuaikan diri untuk memelihara rasa hormat dari orang dan menjaga hubungan kesejahteraan masyarakat. Orientasi prinsip etika universal, yaitu tahapan paling tinggi tercapai ketika seseorang dapat menyesuaikan diri secara menyeluruh di segala aspek kehidupan untuk menghindari hukuman atas diri sendiri3. Hubungan Perilaku Prososial dan Perkembangan MoralPerilaku prososial perilaku yang mencakup tindakan membagi, menolong, jujur, dermawan dan mempertimbangkan hak dan kesejahteraan orang lain Eisenberg dan Mussen, 1989. Perilaku prososial besar manfaatnya untuk menciptakan lingkungan yang aman dan kondusif. Beberapa faktor eksternal dan internal akan mempengaruhi munculnya perilaku prososial. Faktor eksternal seperti kondisi lingkungan, kehadiran orang lain, dan desakan waktu. Sedangkan faktor internal meliputi self esteem juga norma-norma Eisenberg, 2006. Berkowitz, 1972; Schwartz 1975 Hurlock, 1980, mendefinisikan norma sebagai tanggung jawab sosial meyakinkan individu untuk berbuat baik bagi Hurlock,1980 menjelaskan kesadaran akan norma berdasarkan pada pendekatan kognitif sebagai tahap perkembangan moral. Perkembangan moral Kohlberg selalu menjelaskan bagaimana seseorang mengerti akan tanggung jawabnya terhadap lingkungan sosialnya dan bagaimana cara pandang tindakan yang seharusnya diambil dalam mengatasi masalah sosial yang berhubungan dengan lingkungan dan norma-norma sosial, karena inti dari prinsip moral sendiri adalah keadilan. Individu dituntut untuk jujur, menghargai dan memperhatikan hak-hak pribadi tiap individu. Tahap perkembangan moral menunjukkan cara individu untuk berfikir, termasuk konsistensi penalarannya. Tahap-tahap perkembangan moral bersifat universal, yang artinya setiap individu akan melalui urutan tahap yang sama namun berbeda dalam hal kecepatan dan sejauh mana tahap dapat kasus, sebut saja A, ia melihat kecelakaan dijalan dan memiliki pilihan yaitu memberi pertolongan orang tersebut atau tidak memeberi pertolongan ketika perkembangan moral A berada pada tahap pasca konvensional sebagai individu yang sangat menjunjung tinggi konsep kemanusiaan A percaya bahwa perbuatan menolong itu baik dan akan merasa bersalah ketika tidak membantu karena A yakin bahwa meninggalkan orang yang kesulitan adalah hal yang tidak baik sehingga akan besar kemungkinan bagi A utuk memutuskan menolong korban kecelakaan,. Kemungkinan menolong akan menjadi berbeda tahap perkembangan A masih dalam tahap perkembangan moral pra konvensional yang orientasi perilakunya berdasarkan hukum timbal balik sosial, ketika menolong orang kecelakaan dianggapnya tidak memiliki unsur timbal balik maka kemungkinan menolongnya akan menjadi lebih kecil. Jadi, bisa diasumsikan perilaku prososial seseorang akan berbeda-beda sesuai dengan tahap perkembangan moralnya. Berdasarkan teori Kohlberg, ada 3 Level dengan 6 tahapan perkembangan moral 1 Tahap 1 adalah tahap orientasi hukuman, pada tahap ini perilaku moral muncul karena rasa takut akan hukuman, 2 Tahap 2 adalah tahap orientasi hedonistis, pada tahap ini perilaku moral muncul sebagai harapan adanya timbal balik, 3 Tahap 3 adalah tahap orientasi anak manis, pada tahap ini perilaku moral muncul bergantung pada tingkatan kelekatan individu dengan lingkungannya, 4 Tahap 4, adalah orientasi hukum dan kewajiban, pada tahap ini perilaku moral muncul dalam upaya menaati hukum dan aturan sosial, 5 Tahap 5, yaitu tahap penyesuaian diri untuk memelihara kesejahteraan masyarakat, 6 Tahap 6 adalah tahap orientasi suara hati, perilaku moral muncul sebagai perinsip untuk menjunjung tinggi aspek kemanusiaan, dan rasa bertanggung jawab untuk menjaga keseimbangan seluruh aspek dalam IIIMETODOLOGI MINI Rancangan Mini RisetMini Riset ini dilakukan dengan metode kuantitatif karena gejala-gejala hasil Mini Riset berwujud data, diukur dan dikonversikan dahulu dalam bentuk angka-angka atau dikuantitatifkan dan dianalisis dengan teknik statistik. Jenis Mini Riset ini adalah Mini Riset korelasi karena peneliti ingin mengetahui hubungan antara dua data yaitu perkembangan moral dan perilaku Subjek Mini RisetPopulasi subjek Mini Riset adalah individu dengan jenjang usia berkisar 15-19 tahun setingkat dengan siswa SMP kelas 3, SMA dan Mahasiswa tingkat awal, seusai dengan teori perkembangan Santrock masa remaja dimulai dari usia 11 dan berakhir di usia 20 tahun yang berada di kota Malang. Subjek Mini Riset berjumlah 250 orang. sesuai dengan teori dari Roscoe, 1995 Sekaran, 2006 bahwa ukuran sample dapat dikatakan reliable dengan jumlah sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500. Sample diambil secara insidental, artinya peneliti mengambil data dimanapun ketika bertemu dengan subjek yang sesuai dengan Variabel dan Instrumen Mini RisetMini Riset ini memiliki dua variabel Mini x adalah perkembangan moral yaitu nilai, penilaian sosial, dan juga penilaian terhadap kewajiban yang mengikat individu dalam melakukan suatu tindakan. Sedangkan variabel y adalah perilaku prososial yaitu, segala bentuk perilaku yang mencakup tindakan-tindakan sharing membagi, helping menolong, honesty kejujuran, generosity kedermawanan, serta mempertimbangkan hak dan kesejahteraan oranglain Eisenberg &Mussen, 1989Untuk mengukur perilaku prososial peneliti menggunakan skala prososial berdasar teori Eisenberg faturochman, 2006 yang telah di try out oleh Novyta 2014 dengan aspek berbagi, menolong, menyumbang, kejujuran, kedermawanan, dan mempertimbangkan hak dan kesejahteraan orang lain. Adapun indeks validitas dari skala perilaku prososial sebesar 0,323-0,708 dengan reabilitas sebesar 0,855Tabel 1. Blue Print Skala Prososial No Aspek Favorable Unfavorable Jumlah 1. Sharing membagi 1,2,3 5,6,7 6 2. Helping menolong 4,8,9 11,12,13 6 3. Generosity kedermawanan 10,14,15 17,18,19 6 4. Cooperative kerjasama 16,20,21 22,23,24 6 5. Honesty 25,26,27 29,30,31 6 6. Mempertimbangkan hak dan 28,32,33 34,35,36 6 kewajiban orang lain Total 18 18 36 Sedangkan untuk mengukur tingkat perkembangan moral peneliti menggunakan skala Difining Issues Test adaptasi dari Kohlberg. Angket ini pada dilema-dilema moral tahap perkembangan moral yang dicetuskan oleh Kohlberg. Prosedur skoring adalah sebagai berikut 1 Setiap pertanyaan dalam angket dilema moral diperlakukan sebagai 1 butir aitem, 2 Tiap butir aitem akan diberi nilai antara 1 - 6 berdasarkan 6 tahapan perkembangan moral menurut Kohlberg 1995 81, Nilai 1 apabila jawaban siswa mengandung unsur kepatuhan atau menghindari hukuman. Akibat-akibat fisik dan tindakan menentukan baik atau buruk tindakan ini. Nilai 2 apabila jawaban siswa mengandung unsur timbal balik, bukan masalah kesetiaan, rasa terimakasih, atau rasa adil. Nilai 3 apabila jawaban siswa mengandung unsurunsur agar diterima lingkungan dengan bersikap “baik” atau “manis”. Nilai 4 apabila jawaban siswa mengandung unsur melaksanakan kewajiban, hormat pada otoritas, atau memelihara ketertiban sosial yang ada demi ketertiban itu sendiri. Nilai 5 apabila jawaban siswa mengandung unsur kesadaran yang jelas bahwa nilai-nilai dan pendapat pribadi itu relatif, maka perlu adanya peraturan untuk mencapai konsensus atau persetujuan bersama. Tindakan benar cenderung dimengerti dari segi hak-hak manusia yang umum dan disetujui masyarakat. Nilai 6 apabila jawaban siswa mengandung unsur atau prinsip abstrak, etis, dan universal mengenai keadilan, kesamaan hak asasi manusia, dan penghormatan kepada martabat manusia sebagai pribadi. Tindakan benar diartikan sesuai dengan suara hati, sesuai prinsip-prinsip etika yang dipilih sendiri, berpedoman pada universalitas dan 2. Indeks Validitas Instrumen Setelah Try Out Instrument Jumlah Item Disajikan Jumlah Item Indeks Valid Validita Skala Prososial 36 Item 33 Item 0,202-0,652 Skala Perkembangan 5 Item 5 Item 0,191-0,516 Moral Berdasarkan hasil try out yang dilakukan peneliti memperoleh indeks validitas 0,202-0,652 untuk skala prososia. Dari 36 item yang diujikan 33 item dinyatakan valid dan 3 sisanya dinyatakan gugur. Sedangkan indeks validitas skala perkembangan moral berkisar 0,191-0,516 tanpa item 3. Indeks Realibilitas Instrumen Mini Riset Instrument Cronbach’s Alpha Skala Prososial 0,866 Skala Perkembangan 0,544 Moral Berdasarkan table diatas maka dapat disimpulkan bahwa instrument yang dipakai dalam Mini Riset ini adalah reliable pada kategori sedang. Sesuai dengan kategori koefisien dari Gulford 1956 dimana nilai Cronbach’s Alpha 0,40 – 0,60 memiliki reliabilitas Prosedur dan Analisa DataProsedur Mini Riset ini terdiri dari 3 tahap yaitu persiapan, pelaksanaan dan analisa. Pada tahap persiapan peneliti terlebih dahulu menentukan jumlah subjek dan criteria subjek Mini Riset, serta menyiapkan alat ukur yang akan digunakan dalam Mini Riset. Peneliti terlebih dahulu melakukan bimbingan untuk proses adaptasi alat ukur yang akan digunakan. Setelah kedua alat ukur disetujui oleh dosen pembimbing, try out dilaksanaka. Setelah data terkumpul maka peneliti malakukan analisis validitas dan reliabilitas item uji reliabilitas dan validitas dilakukan maka diketahui item yang harus gugur dan tetap bertahan sebagai alat ukur. Pada tahap penyebaran skala, jumlah subjek yang ditentukan untuk Mini Riset ini adalah 250 remaja berusia 15-19 tahun. Dalam pengambilan subjek Mini Riset, peneliti meminta bantuan kepada saudara yang masih berada di bangku SMA untuk mengambil data remaja yang perkiraan usianya 17-18 tahun. Untuk remaja setingkat SMP dan Mahasiswa peneliti terjun langsung ke lapangan untuk pengambilan datanya. Alat ukur yang disebarkan berupa 2 skala yang berbentuk skala likert, jadi setiap satu subjek Mini Riset akan mengisi 2 skala sekaligus. Setelah data terkumpul sesuai dengan kuota yang ditentukan, peneliti melakukan scoring dan input data dan melakukan analisis data dengan program SPSS. Peneliti menggunakan analisa korelasi product moment dari Pearson untuk mengetahui apakah ada hubungan antara tingkat perkembangan moral dengan perilaku IVHASIL DAN Hasil Dari data yang diperoleh dalam Mini Riset ini dilakukan analisis data dengan menggunakan korelasi product momen dari Karl Pearson. Subjek dalam Mini Riset ini adalah remaja berusia 15-19 4. Deskripsi Subjek Berdasarkan Usia Usia Jumlah Presentase 15 – 16 Tahun 123 49,2 17 – 20 Tahun 127 Total 250 100 Beradasarkan table 4 maka dapat diuraikan bahwa subjek yang memiliki usia 15 tahun yaitu sebanyak 89 responden dengan presentasi 35,6%, 16 tahun 34 responden 13,6%, 17 tahun sebanyak 39 responden 15,6%, 18 tahun 37 responden 14,8% dan 19 tahun sebanyak 51 responden dengan presentase 20,4%.Tabel 5. Deskripsi Subjek Berdasarkan Perkembangan Moral Tahap Jumlah Presentase 1 17 2 35 3 57 4 89 5 48 6 4 Total 250 100 Bila dilihat dari skor subjek tingkat perkembangan moral dari 250 subjek yang diteliti diketahui ada 17 subjek berada pada tahap perkembangan tingkat 1, 35 subjek berada pada tahap perkembangan moral tingkat 2, 57 subjek 22, 8% berada pada tahap perkembangan moral tingkat 3, sedangkan di tahap 4 ada 89 subjek 35,6%, sisanya sebanyak 56 subjek berada di tahap 5 dan 6 dengan presentase 19,2% ditahap 5 dan 1,6% berada pada tahap 6. Deskripsi Subjek Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahap Tingkat Pendidikan Total Mahasiswa SMA SMP 1 0 8 9 17 2 3 18 14 35 3 12 27 18 57 4 22 40 27 89 5 13 12 23 48 6 1 2 1 4 Total 51 107 92 250 Dapat dilihat dari data subjek banyak subjek berada pada tingkat perkembangan moral 3, 4, dan 5. Bila dilihat subjek Mahasiswa, SMA, dan SMP paling banyak berada pada tahap perkembangan moral 4, dan paling sedikit berada pada tahap perkembangan moral Pembahasan Dari hasil analisis data menggunakan uji korelasi product moment dari Karl Pearson dapat ditarik kesimpulan bahwa Tahap perkembangan moral seseorang memiliki hubungan dengan perilaku prososialnya. Hasil uji korelasi dapat dilihat pada table berikut ini Tabel 7. Hasil Analisis Hubungan Tingkat Perkembangan Moral Dengan Perilaku Prososial Pada Remaja. r hitung r2 Sig. Keterangan Kesimpulan 0,822 0,675 0,000 Sig. < 0,05 Hubungan signifikan Berdasarkan hasil analisis data menggunakan metode Correlation Product Moment maka dapat diketahui bahwa nilai r hitung yang diperoleh sebesar 0,822 dengan signifikansi 0,000 atau < 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara tingkat perkembangan moral dengan perilaku prososial remaja. Semakin tinggi tingkat perkembangan moral pada remaja maka perilaku prososial yang muncul juga akan semakin hasil Mini Riset diketahui bahwa perkembangan moral memiliki nilai sig 0,000 p 0,001 yang berarti perkembangan moral memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku prososial pada remaja. Hasil Mini Riset menunjukkan bahwa arah hubungan perkembangan moral dengan perilaku prososial adalah positif. Hal ini bererti ketika remaja memiliki perkembangan moral yang tinggi maka perilaku prososialnya juga akan semakin meningkat. Sebaliknya ketika remaja memiliki perkembangan moral yang rendah, maka perilaku prososialnya juga akan semakin rendah. Hal yang sama dijelaskan oleh Mini Riset Farid & Perwitasari 2011 bahwa perkembangan moral, kecerdasan emosi, religiusitas dan pola asuh orang tua otoritatif memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku prososial. Jadi dapat disimpulkan bahwa benar perkembangan moral memiliki hubungan dengan perilaku adalah masa transisi yang dipenuhi dengan proses perubahan, dari perubahan fisik sampai perubahan psikologis. Masa remaja dikenal sebagai masa yang amat beresiko. Sebagian remaja bisa jadi sulit menangani begitu banyak perubahan yang terjadi dalam satu waktu dan mungkin membutuhkan bantuan. Masa remaja adalah waktu pembentukan masa dewasa, remaja dituntut untuk lebih produktif dan dapat menghadapi masalah besar. Masa remaja dikenal dengan kenakalannya, seperti perkelahian, munculnya sikap antisosial dan berkurangnya sikap prososial. Pada dasarnya sikap prososial sangatlah penting bagi pemenuhan kebutuhan perkembangan sosial remaja, karena dengan berperilaku prososial remaja akan dapat menjalin hubungan positif baik antar individu atau dengan 1997 Santrock, 2011 menjelaskan bahwa perilaku prososial sangat dibutuhkan oleh remaja untuk membangun hubungan yang baik dengan lingkungan. Dalam Mini Riset sebelumnya dikatakan bahwa rata-rata sikap prososial remaja setiap tahunnya mengalami perubahan. Dalam Mini Riset ini tercatat dari 250 anak ada 109 anak yang memiliki skor prososial rendah, sisanya memiliki skor prososial yang seseorang untuk berperilaku prososial akan membuat hubungan antar individu dan masyarakat menjadi negatif, seseorang dengan perilaku prososial dengan sendirinya akan mampu beradaptasi dengan baik. Berbeda dengan seseorang dengan perilaku anti sosial, perilaku anti sosial berakibat pada penerimaan individu di lingkungan sosialnya. Sebenarnya ada banyak faktor yang mendorong seseorang untuk berperilaku prososial salah satunya adalah personal value and norms. Yaitu internalisasi nilai-nilai serta norma dalam diri individu. Ketika seseorang melakukan interaksi sosial maka mereka akan mempelajari nilai-nilai dan norma sosial yang berlaku sebagai tolak ukur antara baik dan buruk. Kemampuan penalaran individu terhadap nilai dan norma sosial tersebut dalam ilmu psikologi digambarkan sebagai perkembangan moral, merupakan pemahaman mengenai benar dan salah. Santrock 2011 menilai perkembangan moral sebagai perkembangan yang berkaitan dengan aturan dan konvensi mengenai apa yang harus dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain. Menurut Kohlberg Hurlock, 1980 perkembangan moral menjelaskan bagaimana seseorang mengerti akan tanggung jawabnya terhadap lingkungan sosialnya dimana seseorang dituntut untuk jujur, saling berbagi, saling menolong, yang sejalan dengan konsep prososial. Konsep perkembangan moral mengedepankan kemampuan kognitif untuk menilai suatu perilaku sesuai dengan konsep moral yang berkembang dalam masyarakat. Konsep moral yang dikembangkan oleh Kohlberg lebih menekankan pada alasan yang menjadi dasar seseorang bisa melakukan suatu tindakan Hurlock, 1999. Jadi, sebelum individu memutuskan untuk berbuat sesuatu individu akan memikirkan apakah perilaku tersebut baik dan dapat diterima oleh orang lain atau masa anak-anak individu melakukan penilaian benar atau salah hanya berdasarkan tindakan yang akan mempengaruhi mereka. Artinya seorang anak akan berperilaku baik karena mereka takut akan hukuman yang akan diberikan kepada mereka ketika mereka berbuat buruk. Namun seiring waktu individu akan memahami bahwa mereka mungkin perlu mempertimbangkan kebutuhan – kebutuhan orang lain ketika menentukan mana yang benar dan mana yang salah dalam berperilaku. Dan pada akhirnya mereka akan memahami bahwa benar dan salah perilaku berhubungan dengan sekumpulan standart dan prinsip yang menjelaskan hak-hak manusia, bukan hanya kebutuhan individual. Tidak hanya itu, perkembangan moral juga sangat berkaitan denganpengembangan hati nurani, kemampuan untuk mengadakan empati dan kemampuan diri bersalah faktor-faktor afektif ikut berperan dalam perkembangan dilihat dari penjelasan diatas maka sangat mungkin bila perkembangan moral memiliki hubungan dengan munculnya perilaku prososial. Semakin tinggi perkembangan moral individu berarti semakin individu tersebut mengerti mana yang baik untuk dilakukan dan mana yang tidak baik atau dalam arti lain individu dapat menginternalisasi nilai dan norma sosial dengan baik dan semakin tinggi perkembangan moral individu maka semakin luas tolak ukur dalam pengambilan keputusan baik dan buruk. Bila di masa anak-anak tolak ukur penentuan baik dan buruk hanya berpatokan kepada tindakan yang mempengaruhi mereka maka seiring dengan waktu individu akan belajar bahwa kepentingan orang lain dan lingkungan sosial juga berpengaruh dalam pengambilan keputusan. Selain itu ketika perkembangan moral juga diiringi dengan perkembangan kemampuan untuk mengadakan empati dan kemampuan mengadakan rasa bersalah. Karena itu dalam diri hal ini perkembangan moral dapat mendorong individu untuk melakukan tindakan prososial. Hal ini selaras dengan hasil Mini Riset ini yaitu adanya hubungan yang positif antara perkembangan moral dengan perilaku prososial pada remaja. Hasil Mini Riset ini didukung oleh Mini Riset Dewi 2014 melakukan Mini Riset mengenai pengaruh kegiatan ekstrakulikuler kepramukaan terhadap perilaku prososial. Hasil Mini Riset menjelaskan bahwa kegiatan pramuka yang merupakan kegiatan diluar kelas dalam rangka memperluas pengetahuan, meningkatkan keterampilan, dan menginternalisasi nilai-nilai dan aturan-aturan sosial baik nasional maupun global dapat meningkatkan perilaku prososial remaja di SMP Cerdas Murni. Seperti yang diketahui kegiatan pramuka adalah salah satu wadah pembelajaran moral pada Mini Riset ini ditemukan bahwa sebagian besar remaja memiliki rata-rata perilaku prososial yang tinggi. Tercatat 56, 4% remaja memiliki nilai perilaku prososial diatas rata-rata. Selaras dengan nilai perilaku prososial yang tinggi nilai perkembangan moral remaja juga tinggi, dapat dilihat dari rata-rata nilai perkembangan moral tercatat 134 atau sekitar 53% anak memiliki nilai diatas rata-rata. Hal ini berarti remaja sudah dapat dengan baik menginternalisasi nilai dan norma sosial yang ada. Keputusan baik dan buruk remaja tidak berpatok lagi kepada tindakan yang akan mempengaruhi mereka, melainkan kepada kebutuhan-kebutuhan orang lain dan pertimbangan hak-hak orang lain serta penerimaan lingkungan sehingga dorongan untuk melakukan tindkan prososial juga tinggi. Diperjelas lagi dengan hasil analisis determinasi dalam Mini Riset ini, diketahui perkembangan moral memiliki sumbangan efektif yang cukup besar dengan nilai koefisien determinasi r2 sebesar yaitu berkisar 67,5% dan 32,5% nya dipengaruhi oleh variabel lain seperti faktor situasional seperti faktor kehadiran orang lain dan tekanan waktu. Keterbatasan yang dialami peneliti dalam proses Mini Riset ini adalah belum adanya standart penilaian norma yang baku pada skala perkembangan moral sehingga proses penilaiannya masih bersifat Kesimpulan Dewi, 2014. Pengaruh ekstrakulikuler kepramukaan terhadap perilaku prososial remaja di smp santa ursula jakarta. Persona, Jurnal Psikologi Indonesia N. 2006. Social, emotional and personality development. 6th edition. Hand book of child N,. & Mussen,. 1989 The roots of prosocial behavior in children.
sMKt. pllu7f0hcw.pages.dev/329pllu7f0hcw.pages.dev/768pllu7f0hcw.pages.dev/852pllu7f0hcw.pages.dev/407pllu7f0hcw.pages.dev/99pllu7f0hcw.pages.dev/185pllu7f0hcw.pages.dev/425pllu7f0hcw.pages.dev/28pllu7f0hcw.pages.dev/730pllu7f0hcw.pages.dev/801pllu7f0hcw.pages.dev/114pllu7f0hcw.pages.dev/996pllu7f0hcw.pages.dev/721pllu7f0hcw.pages.dev/901pllu7f0hcw.pages.dev/412
cara membuat laporan mini riset